Ganja selama ini dikenal sebagai bahan terlarang dan masuk kategori narkotika kelas I di wilayah hukum Indonesia. Namun belakangan ganja diklaim memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan. Benarkah?
Laporan bertajuk Marijuana and Medicine: Assessing the Science Base, merupakan salah satu kajian paling komprehensif mengenai ganja yang ditulis pada 1999 oleh organisasi medis nonpemerintah, Institute of Medicine. Dalam laporan ini diuraikan secara rinci apa saja plus minus penggunaan ganja.
Kandungan aktif dalam ganja atau mariyuana, cannabinoid atau dikenal dengan THC, diketahui memiliki nilai medis. Namun sampai saat ini masih diperdebatkan apakah manfaat THC lebih besar daripada kekurangannya.
Kurangi rasa sakit bagi pasien kanker
Penlitian di Edinburgh University meminta 177 pasien kanker menggunakan semprot berbahan dasar ganja, dengan cara yang sama seperti penyegar mulut.
Dari hasil penelitian ini diketemukan bahwa cara ini bisa mengurangi rasa sakit pada pasien kanker di daerah Edinburgh hingga 30%.
Laporan bertajuk Marijuana and Medicine: Assessing the Science Base, merupakan salah satu kajian paling komprehensif mengenai ganja yang ditulis pada 1999 oleh organisasi medis nonpemerintah, Institute of Medicine. Dalam laporan ini diuraikan secara rinci apa saja plus minus penggunaan ganja.
Kandungan aktif dalam ganja atau mariyuana, cannabinoid atau dikenal dengan THC, diketahui memiliki nilai medis. Namun sampai saat ini masih diperdebatkan apakah manfaat THC lebih besar daripada kekurangannya.
Kurangi rasa sakit bagi pasien kanker
Penlitian di Edinburgh University meminta 177 pasien kanker menggunakan semprot berbahan dasar ganja, dengan cara yang sama seperti penyegar mulut.
Dari hasil penelitian ini diketemukan bahwa cara ini bisa mengurangi rasa sakit pada pasien kanker di daerah Edinburgh hingga 30%.
Cara kerjanya adalah dengan mengaktifkan molekul-molekul di dalam tubuh (dikenal dengan cannabinoid receptor) yang bisa menghentikan pengiriman sinyal rasa sakit ke otak.
Semprotan ini dikembangkan agar tidak menganggu kondisi mental pasien, yang diakibatkan oleh penggunaan ganja biasa.
Temuan yang dipublikasikan di Journal of Pain and Symptom Management tidak membenarkan merokok ganja, karena merokok ganja justru bisa meningkatkan risiko kanker.
Semprotan ekstrak ganja yang dinamai Savitex ini telah diresepkan sebagai pereda rasa sakit untuk pasien multiple sclerosis. Multiple sclerosis adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh kerusakan myelin (selubung pelindung yang mengelilingi serabut saraf pada sistem saraf pusat). Ketika myelin mengalami kerusakan, akan mengganggu penyampaian pesan antara otak dan bagian-bagian tubuh lainnya.
"Hasil awal ini sangat menjanjikan dan menunjukkan bahwa obat berbahan dasar ganja bisa menjadi pengobatan efektif bagi pasien penderita rasa sakit kronis," terang peneliti Profesor Marie Fallon, seperti dikutip dari Dailymail.
Meresepkan obat ini sangat berguna dalam melawan rasa sakit kronis. Tapi, pengguna harus bisa membedakan tujuan medis dari tujuan menghibur diri semata, imbuh Fallon.
Sembuhkan epilepsi
Selain bermanfaat untuk penambah nafsu makan bagi penderita kanker, ganja juga diklaim dapat menyembuhkan penyakit epilepsi. Para ilmuwan dari Inggris telah membuktikan bahwa tanaman ini bisa mengobati penyakit epilepsi dan saat ini para ilmuan sedang menyiapkan uji klinis pada manusia.
Dr Ben Whalley, peneliti obat-obatan dari University of Reading baru-baru ini membuktikan beberapa senyawa dalam tanaman ganja efektif meredakan lecutan-lecutan elektrik yang terjadi di otak. Lecutan-lecutan itu merupakan pemicu kejang pada penderita epilepsi.
Senyawa yang dimaksud di antaramnya adalah cannabidiol, salah satu kandungan ganja yang membuat pemakainya bisa mabuk. Dalam mengobati epilepsi, cannabidiol dibantu oleh senyawa lain dalam tanaman ganja yang namanya masih cukup asing yakni GWP42006.
Uji praklinis pada binatang telah menunjukkan, kedua senyawa sangat efektif dan aman untuk meredakan lecutan-lecutan listrik pemicu kejang. Untuk mengetahui dosis terapi yang sesuai untuk manusia, dalam waktu dekat Dr Whalley dan timnya akan melakukan uji klinis.
Semprotan ini dikembangkan agar tidak menganggu kondisi mental pasien, yang diakibatkan oleh penggunaan ganja biasa.
Temuan yang dipublikasikan di Journal of Pain and Symptom Management tidak membenarkan merokok ganja, karena merokok ganja justru bisa meningkatkan risiko kanker.
Semprotan ekstrak ganja yang dinamai Savitex ini telah diresepkan sebagai pereda rasa sakit untuk pasien multiple sclerosis. Multiple sclerosis adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh kerusakan myelin (selubung pelindung yang mengelilingi serabut saraf pada sistem saraf pusat). Ketika myelin mengalami kerusakan, akan mengganggu penyampaian pesan antara otak dan bagian-bagian tubuh lainnya.
"Hasil awal ini sangat menjanjikan dan menunjukkan bahwa obat berbahan dasar ganja bisa menjadi pengobatan efektif bagi pasien penderita rasa sakit kronis," terang peneliti Profesor Marie Fallon, seperti dikutip dari Dailymail.
Meresepkan obat ini sangat berguna dalam melawan rasa sakit kronis. Tapi, pengguna harus bisa membedakan tujuan medis dari tujuan menghibur diri semata, imbuh Fallon.
Sembuhkan epilepsi
Selain bermanfaat untuk penambah nafsu makan bagi penderita kanker, ganja juga diklaim dapat menyembuhkan penyakit epilepsi. Para ilmuwan dari Inggris telah membuktikan bahwa tanaman ini bisa mengobati penyakit epilepsi dan saat ini para ilmuan sedang menyiapkan uji klinis pada manusia.
Dr Ben Whalley, peneliti obat-obatan dari University of Reading baru-baru ini membuktikan beberapa senyawa dalam tanaman ganja efektif meredakan lecutan-lecutan elektrik yang terjadi di otak. Lecutan-lecutan itu merupakan pemicu kejang pada penderita epilepsi.
Senyawa yang dimaksud di antaramnya adalah cannabidiol, salah satu kandungan ganja yang membuat pemakainya bisa mabuk. Dalam mengobati epilepsi, cannabidiol dibantu oleh senyawa lain dalam tanaman ganja yang namanya masih cukup asing yakni GWP42006.
Uji praklinis pada binatang telah menunjukkan, kedua senyawa sangat efektif dan aman untuk meredakan lecutan-lecutan listrik pemicu kejang. Untuk mengetahui dosis terapi yang sesuai untuk manusia, dalam waktu dekat Dr Whalley dan timnya akan melakukan uji klinis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar