SEBAGIAN masyarakat mungkin belum banyak mengetahui tentang tanaman yang satu ini. Padahal, ia paling banyak tumbuh di beberapa wilayah Indonesia. Bila dibudidayakan dalam skala luas, tanaman ini cukup menjanjikan.
Nilam, tanaman asal Filipina yang mempunyai nama (Pogostemon patcchouli, atau Pogostemon cablin Benth alias Pogostemon mentha) ini sama sekali tak ada kaitannya dengan jenis ikan nila. Ia merupakan tumbuhan semak yang mempunyai tinggi sekira 0,5 – 1 m, percabangannya banyak dan bertingkat mengitari batang, dan berbulu. Radius cabang melebar 60 cm. Batangnya berkayu persegi empat dengan diameter 10-20 cm berwarna keungu-unguan. Sedangkan daunnya berwarna hijau tersusun dalam pasangan berlawanan. Mempunyai bentuk bulat lonjong dengan panjang 10 cm, lebar 8 cm, ujungnya agak meruncing dan tangkai daunnya sekira 4 cm berwarna hijau kemerahan.
Nilam dapat tumbuh di mana saja dan bisa ditumpangsarikan dengan tanaman lainnya. Namun, nilam akan tumbuh baik pada ketinggian 10-400 m dpl. Nilam tidak haus air dan tahan kering, tapi nilam hanya menghendaki suhu 24-28 derajat Celcius dan mempunyai kelembaban lebih dari 75% serta curah hujan yang merata sepanjang tahun 2.000-3.500 mm per tahunnya.
Di beberapa negara seperti Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil, Cina termasuk Indonesia, Nilam dikembangkan menjadi minyak atsiri yang disebut minyak eteris atau minyak terbang (essensial oil, volatile).
Minyak yang berasal dari nilam dimanfaatkan sebagai obat-obatan seperti anti septik, anti jamur, anti jerawat, obat eksim, dan kulit pecah-pecah, serta ketombe, mengurangi peradangan, bahkan dapat membantu mengurangi kegelisahan dan depresi, atau membantu penderita insomnia (gangguan susah tidur) dan bersifat afrodisiak meningkatkan gairah seksual.
Tak hanya minyak. Di India misalnya, daun nilam kering digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani. Malahan kabarnya, air rebusan atau jus daun nilam dapat diminum sebagai obat batuk, asma, dan remasan akarnya untuk obat rematik dengan dioleskan pada bagian yang sakit. Serta remasan daunnya juga manjur untuk obat bisul dan pening kepala.
Sedangkan di Eropa dan Amerika, minyak nilam digunakan sebagai bahan baku industri pembuatan minyak wangi sebagai pengikat bau atau fikative parfum, kosmetik, dll. Komponen utama minyak nilam diperoleh dengan cara penyulingan daun nilam yang berupa pachoully alcohol 45-50%, sebagai penciri utama. Bahan industri kimia penting lainnya meliputi patchoully camphor, cadinene, benzaldehyde, eugenol, dan cinamic aldehyde.
Adapun penyulingan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu cara direbus, dikukus, dan penyulingan dengan uap. Penyulingan direbus, daun nilam kering dimasukkan dalam ketel berisi air dan dipanasi. Kapasitas ketel penyulingan bervariasi, mulai dari 200-2000. Ketel dibuat dari bahan antikarat, seperti stainless steel, besi atau tembaga berlapis alumunium.
Dari ketel akan keluar uap, kemudian dialirkan lewat pipa yang terhubung dengan kondensor (pendingin). Uap berubah menjadi air. Air yang sesungguhnya merupakan campuran air dan minyak itu akan menetes di ujung pipa dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya, dilakukan proses pemisahan sehingga diperoleh minyak nilam murni.
Sementara sistem penyulingan uap menjamin kesempurnaan produksi minyak atsiri. Pada sistem ini bahan tidak kontak langsung dengan air maupun api. Prinsipnya, uap bertekanan tinggi dialirkan dari ketel perebus air ke ketel berisi daun nilam (ada dua ketel). Uap air yang keluar dialirkan lewat pipa menuju kondensor hingga mengalami kondensasi. Cairan (campuran air dan minyak) yang menetes ditampung, selanjutnya dipisahkan untuk mendapatkan minyak nilam.
Tak lepas dari cara bertanam. Mengingat yang dipanen daunnya, tumbuhan nilam merupakan vegetatif yang harus diupayakan seoptimal mungkin. Pada penanamannya, sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Dalam pembibitan, ambillah dari batang atau cabang yang sudah cukup tua, berdiameter 0,8-1 cm. Panjang stek 15-23 cm. Setidaknya berisi 3-5 mata tunas atau tiga helai daun. Jarak tanamannya mulai dari 30 x 100 cm, 50 x 100 cm, hingga 100 x 100 cm, tergantung kesuburan dan jenis tanah. Ketika pemberian pupuk, sebaiknya menggunakan pupuk organik (kompos) maupun anorganik (buatan).
Untuk menghindari hama penyakit, seperti hama phytoptora, serangga perusak daun, nematoda, penyakit buduk, busuk batang, luka batang, dan gejala defisiensi, juga ulat pemakan daun, ulat penggulung daun dan belalang, sebaiknya ditanam pada lahan yang agak terlindung dan cukup sinar matahari.
Untuk memperbanyak pertumbuhan daun-daun muda, maka harus dilakukan dengan cara pemangkasan. Nilam bisa dianggap siap panen atau matang bila sudah menginjak umur 6 bulan atau 5-8 bulan. Bila ingin pertumbuhan tunas barunya cepat, maka bagian yang dipanen harus dari cabang tingkat dua ke atas, sekira 20 cm di atas tanah dan biasanya disisakan satu cabang. Bila kondisi tanamannya bagus, daun nilam bisa mencapai sebanyak 3,5 – 4 ton daun nilam kering.
Agar dalam nilam tetap mengandung minyak atsiri sebanyak 2,5-5% maka pemanenannya pun harus dilakukan pagi hari, atau menjelang petang, dan ketika musim kering. Pemetikan pada siang hari membuat daun kurang elastis dan mudah robek. Juga transpirasi (penguapan air) daun lebih cepat sehingga kadar minyak atsirinya berkurang.
Nilam yang sudah dipanen harus dipotong-potong 3-5 cm, kemudian dijemur selama 4 jam. Setelah itu diangin-anginkan di atas para-para yang teduh, sambil dibolak-balik 2-3 kali sehari selama 3-4 hari hingga kadar airnya tinggal 15% (ini kondisi siap suling). Dalam pengeringan tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Karena akan menyebabkan daun cepat rapuh dan sulit disuling serta daun menjadi lembab, mudah ditumbuhi jamur. Akibatnya, rendemen atau mutu minyak yang dihasilkan akan menurun.
Berdasarkan hasil laporan dari Marlet Study Essential Oils and Oleoresin (ITC), bahwa produksi minyak nilam dunia mencapai 500-550 ton per tahun. Indonesia adalah salah satu negara pengekspor minyak nilam terbesar sekira 450 ton per tahun. Dibandingkan dengan Cina yang hanya sekira 50-80 ton per tahun. Produk atsiri dunia yang didominasi Indonesia meliputi nilam serai wangi, minyak daun cengkih, dan kenanga. Itu merupakan komoditi nonmigas yang sangat digemari oleh mancanegara.
Walaupun tumbuh di semak, nilam cukup menguntungkan dan merupakan peluang bisnis di saat krisis.
Nilam, tanaman asal Filipina yang mempunyai nama (Pogostemon patcchouli, atau Pogostemon cablin Benth alias Pogostemon mentha) ini sama sekali tak ada kaitannya dengan jenis ikan nila. Ia merupakan tumbuhan semak yang mempunyai tinggi sekira 0,5 – 1 m, percabangannya banyak dan bertingkat mengitari batang, dan berbulu. Radius cabang melebar 60 cm. Batangnya berkayu persegi empat dengan diameter 10-20 cm berwarna keungu-unguan. Sedangkan daunnya berwarna hijau tersusun dalam pasangan berlawanan. Mempunyai bentuk bulat lonjong dengan panjang 10 cm, lebar 8 cm, ujungnya agak meruncing dan tangkai daunnya sekira 4 cm berwarna hijau kemerahan.
Nilam dapat tumbuh di mana saja dan bisa ditumpangsarikan dengan tanaman lainnya. Namun, nilam akan tumbuh baik pada ketinggian 10-400 m dpl. Nilam tidak haus air dan tahan kering, tapi nilam hanya menghendaki suhu 24-28 derajat Celcius dan mempunyai kelembaban lebih dari 75% serta curah hujan yang merata sepanjang tahun 2.000-3.500 mm per tahunnya.
Di beberapa negara seperti Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil, Cina termasuk Indonesia, Nilam dikembangkan menjadi minyak atsiri yang disebut minyak eteris atau minyak terbang (essensial oil, volatile).
Minyak yang berasal dari nilam dimanfaatkan sebagai obat-obatan seperti anti septik, anti jamur, anti jerawat, obat eksim, dan kulit pecah-pecah, serta ketombe, mengurangi peradangan, bahkan dapat membantu mengurangi kegelisahan dan depresi, atau membantu penderita insomnia (gangguan susah tidur) dan bersifat afrodisiak meningkatkan gairah seksual.
Tak hanya minyak. Di India misalnya, daun nilam kering digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani. Malahan kabarnya, air rebusan atau jus daun nilam dapat diminum sebagai obat batuk, asma, dan remasan akarnya untuk obat rematik dengan dioleskan pada bagian yang sakit. Serta remasan daunnya juga manjur untuk obat bisul dan pening kepala.
Sedangkan di Eropa dan Amerika, minyak nilam digunakan sebagai bahan baku industri pembuatan minyak wangi sebagai pengikat bau atau fikative parfum, kosmetik, dll. Komponen utama minyak nilam diperoleh dengan cara penyulingan daun nilam yang berupa pachoully alcohol 45-50%, sebagai penciri utama. Bahan industri kimia penting lainnya meliputi patchoully camphor, cadinene, benzaldehyde, eugenol, dan cinamic aldehyde.
Adapun penyulingan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu cara direbus, dikukus, dan penyulingan dengan uap. Penyulingan direbus, daun nilam kering dimasukkan dalam ketel berisi air dan dipanasi. Kapasitas ketel penyulingan bervariasi, mulai dari 200-2000. Ketel dibuat dari bahan antikarat, seperti stainless steel, besi atau tembaga berlapis alumunium.
Dari ketel akan keluar uap, kemudian dialirkan lewat pipa yang terhubung dengan kondensor (pendingin). Uap berubah menjadi air. Air yang sesungguhnya merupakan campuran air dan minyak itu akan menetes di ujung pipa dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya, dilakukan proses pemisahan sehingga diperoleh minyak nilam murni.
Sementara sistem penyulingan uap menjamin kesempurnaan produksi minyak atsiri. Pada sistem ini bahan tidak kontak langsung dengan air maupun api. Prinsipnya, uap bertekanan tinggi dialirkan dari ketel perebus air ke ketel berisi daun nilam (ada dua ketel). Uap air yang keluar dialirkan lewat pipa menuju kondensor hingga mengalami kondensasi. Cairan (campuran air dan minyak) yang menetes ditampung, selanjutnya dipisahkan untuk mendapatkan minyak nilam.
Tak lepas dari cara bertanam. Mengingat yang dipanen daunnya, tumbuhan nilam merupakan vegetatif yang harus diupayakan seoptimal mungkin. Pada penanamannya, sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Dalam pembibitan, ambillah dari batang atau cabang yang sudah cukup tua, berdiameter 0,8-1 cm. Panjang stek 15-23 cm. Setidaknya berisi 3-5 mata tunas atau tiga helai daun. Jarak tanamannya mulai dari 30 x 100 cm, 50 x 100 cm, hingga 100 x 100 cm, tergantung kesuburan dan jenis tanah. Ketika pemberian pupuk, sebaiknya menggunakan pupuk organik (kompos) maupun anorganik (buatan).
Untuk menghindari hama penyakit, seperti hama phytoptora, serangga perusak daun, nematoda, penyakit buduk, busuk batang, luka batang, dan gejala defisiensi, juga ulat pemakan daun, ulat penggulung daun dan belalang, sebaiknya ditanam pada lahan yang agak terlindung dan cukup sinar matahari.
Untuk memperbanyak pertumbuhan daun-daun muda, maka harus dilakukan dengan cara pemangkasan. Nilam bisa dianggap siap panen atau matang bila sudah menginjak umur 6 bulan atau 5-8 bulan. Bila ingin pertumbuhan tunas barunya cepat, maka bagian yang dipanen harus dari cabang tingkat dua ke atas, sekira 20 cm di atas tanah dan biasanya disisakan satu cabang. Bila kondisi tanamannya bagus, daun nilam bisa mencapai sebanyak 3,5 – 4 ton daun nilam kering.
Agar dalam nilam tetap mengandung minyak atsiri sebanyak 2,5-5% maka pemanenannya pun harus dilakukan pagi hari, atau menjelang petang, dan ketika musim kering. Pemetikan pada siang hari membuat daun kurang elastis dan mudah robek. Juga transpirasi (penguapan air) daun lebih cepat sehingga kadar minyak atsirinya berkurang.
Nilam yang sudah dipanen harus dipotong-potong 3-5 cm, kemudian dijemur selama 4 jam. Setelah itu diangin-anginkan di atas para-para yang teduh, sambil dibolak-balik 2-3 kali sehari selama 3-4 hari hingga kadar airnya tinggal 15% (ini kondisi siap suling). Dalam pengeringan tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Karena akan menyebabkan daun cepat rapuh dan sulit disuling serta daun menjadi lembab, mudah ditumbuhi jamur. Akibatnya, rendemen atau mutu minyak yang dihasilkan akan menurun.
Berdasarkan hasil laporan dari Marlet Study Essential Oils and Oleoresin (ITC), bahwa produksi minyak nilam dunia mencapai 500-550 ton per tahun. Indonesia adalah salah satu negara pengekspor minyak nilam terbesar sekira 450 ton per tahun. Dibandingkan dengan Cina yang hanya sekira 50-80 ton per tahun. Produk atsiri dunia yang didominasi Indonesia meliputi nilam serai wangi, minyak daun cengkih, dan kenanga. Itu merupakan komoditi nonmigas yang sangat digemari oleh mancanegara.
Walaupun tumbuh di semak, nilam cukup menguntungkan dan merupakan peluang bisnis di saat krisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar